Menurut Beckley yang melihat pengertian perancangan kota dari segi profesi menjelaskan bahwa urban design merupakan suatu jembatan antara profesi perencana kota dengan arsitektur dengan perhatian utama pada bentuk fisik kota (Catanese,1986:45). Sedangkan menurut disiplin keilmuan, urban design merupakan bagian dari proses perencanaan yang berhubungan dengan kualitas lingkungan fisik kota (Shirvani,1985:6). Dalam pengertian lain, perancangan Kota (Urban Design) merupakan suatu perpaduan kegiatan antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil, dan transportasi dalam wujud fisik.

Perancangan kota lazimnya lebih memperhatikan bentuk fisik perkotaan. Bentuk-bentuk perancangan kota dapat direfleksikan sebagai facade bangunan, bentuk jaringan jalan, dan elemen lain yang mempengaruhi bentuk wilayah perkotaan. Produk perancangan kota dapat dikategorikan dalam dua bentuk umum (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,59), yaitu:

  1. Ruang Kota (Urban Space)

Pada dasarnya ruang kota harus dibedakan oleh suatu karakteristik yang menonjol, seperti kualitas pengolahan detail dan aktivitas yang berlangsung di dalamnya. Sebuah ruang kota dapat diolah dengan lansekap yang indah sebagai taman kota yang tenang. Dalam hal ini sebuah tempat tertentu daalm kota berfungsi sebagai lokasi suatu aktivitas penting, tetapi tidak mempunyai pelingkup fisik dan lantai yang semestinya. (Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,63)

  1. Ruang Terbuka (Open Space)

Ruang terbuka dapat dikatakan sebagai unsur ruang alam yang dibawa ke dalam kota atau lapangan terbuka yang dibiarkan tetap seperti keadaan aslinya. Penampilannya dicirikan oleh pemandangan tumbuh-tumbuhan alam segar daripada bangunan sekitar. Ruang terbuka di dalam kota mempunyai beberapa maksud sebagai pelengkap dan pengontras bentuk kota, menyediakan tanah untuk penggunaan di masa depan. Pada saat melakukan survei perancangan kota, harus mempelajari ruang kota sebagai struktur keseluruhan.(Eko Budiharjo; Kota Berkelanjutan,1999,65)

Menurut  Shirvani, Perancangan kota merupakan bagian dari proses perencanaan yang kemudian diuraikan dengan kualitas fisik dari suatu lingkungan. Perancangan kota merupakan kelanjutan dari urban planning (perencanaan kota) sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum “selesai” atau belum dapat dilaksanakan tanpa ada rancang desain dari rencana yang telah disusun. Dari pengertian di atas maka urban design memiliki tekanan bahwa urban design lebih terprioritas pada penataan lingkungan fisik kota. Dalam perancangan kota tentunya memiliki panduan rancang kota yang merupakan seperangkat panduan dan peraturan yang digunakan untuk mengatur dan membatasi penggunaan dan pengembangan ruang kota dan arsitektur kota (Yusuf,2001:50).

Urban design dalam prosesnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu “sadar diri” dan “tidak sadar diri”. Urban design yang “sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang menganggap diri mereka sebagai desainer dan menggunakan keahlian desain mereka untuk menciptakan suatu lingkungan yang nyaman. Sedangkan urban design yang “tidak sadar diri” adalah yang diciptakan oleh orang-orang yang tidak menganggap dirinya sebagai seorang desainer, tetapi mereka mempunyai peranan dalam mempengaruhi bentuk lingkungan perkotaan (Catanese,1986:42).

Untuk mewujudkan suatu kota yang membentuk kesatuan sistem organisasi, maka dibutuhkan suatu proses perencanaan maupun perancangan yang terpadu. Sebuah kota  tidak cukup hanya direncanakan tanpa dirancang. Karena walau bagaimana juga perancangan kota merupakan jembatan antara perencanaan kota yang bersifat 2 dimensi dengan perancanagan arsitektural.

Perancangan kota merupakan suatu proses dan produk hasil rancangan yang berfungsi sebagai alat untuk mewujudkan suatu lingkungan binaan yang berkualitas. Adapun perancangan digunakan juga untuk mengelola perkembangan dan pertumbuhan suatu kota  serta perubahan sikap, trend, maupun gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Perancangan kota biasanya dilakukan untuk meminimalkan ataupun mencegah permasalahan yang biasanya timbul di suatu kota.

Adapun di dalam perancangan kota unsur-unsur tersebut di bawah ini harus tetap diperhatikan dan jangan sampai dilupakan, apalagi diabaikan. Unsur-unsur tersebut antara lain :

  1. Peruntukan lahan mikro
  2. Sistem penghubung jalan( sirkulasi)
  3. Jaringan utilitas umum kota
  4. Ruang terbuka dan tata hijau
  5. Tata masa bangunan
  6. Pelestarian struktur alami dan binaan
  7. Unsur-unsur penunjang
  8. Penciptaan unsur identitas kota

2.6.1       Kriteria Terukur

Kriteria terukur merupakan segala sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif dengan tujuan untuk membentuk amplop bangunan. Sedangkan amplop bangunan itu sendiri adalah garis-garis yang membatasi kita dalam membuat suatu bangunan. Kriteria terukur ini dapat ditentukan melalui beberapa aspek yaitu (Shirvani, 1985 :133):

  1. Kepadatan Bangunan

Langkah-langkah dalam penghitungan KDB:

Mencari batas pengambilan air

Keterangan :

I Inf       :       Jumlah Pengambilan Air Tanah (liter/detik)

S              :       Koefisien Kandungan Air (diasumsikan 0,0011 yang berarti untuk setiap pengambilan 0,11 M3 air tanah, terjadi penurunan permukaan air setinggi 1 M3 pada lahan seluas 100 m2)

A             :       Luas Lahan (m2)

Mencari debit infiltrasi

Keterangan :

QInf                 :          Debit Infiltrasi (liter/detik)

C                        :          Koefisien Infiltrasi

I                         :          Intensitas Infiltrasi

A                       :          Luas Lahan (m2)

Tabel II.1

Koefisien Infiltrasi

No.

Daerah Tangkapan

Kemiringan Tanah

0-5 %

5-10 %

10-30 %

1. Sedikit tanah terbuka, sedikit penghijauan, infiltrasi sedikit 1.8 1.9 2.2
2. Cukup tanah terbuka, 50 % hijau, infiltrasi sedang 1.2 1.4 1.7
3. Daerah terbuka hijau, infiltrasi tinggi 0.8 1.0 1.2

Sumber : The Urban Design Process, 1985

 

Mencari debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 ha

 

Keterangan :

Q 1Ha              : Debit Infiltrasi (liter/detik)

Q Inf                : Debit Infiltrasi (liter/detik)

A                       : Luas Lahan (m2)

Mencari lahan yang harus dipertahankan

Keterangan :

OS                     : Open Space

Q1Ha               : Debit Infiltrasi (liter/detik)

Q Inf                : Debit Infiltrasi (liter/detik)

Menghitung koefisien bangunan

 

Keterangan :

KDB                 : Koefisien Dasar Bangunan

A                       : Luas Lahan (m2)

OS                     : Open Space(m2)

Q1Ha               : Debit Infiltrasi (liter/detik)

Q Inf                : Debit Infiltrasi (liter/detik

  1. Ketinggian Bangunan

Perhitungan ketinggian bangunan suatu kawasan dapat dihitung menggunakan pertimbangan sesuai sebagai berikut:

Floor Area Ratio (FAR)

Untuk mendapatkan FAR, digunakan perhitungan dengan acuan rumus sebagai berikut:

Sky Exposure Plane (SEP)

Sky Exposure Plane merupakan perhitungan yang digunakan untuk menghitung ketinggian bangunan berdasarkan pertimbangan jalur pesawat terbang.

Angle of Light Obstruction (ALO)

ALO adalah sudut bayangan matahari yang menerpa suatu bangunan, yang dipertimbangkan untuk membatasi ketinggian bangunan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada bangunan dan sekitarnya.

                  

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Shirvani, 1983

Gambar 2.1

Angle of Light Obstruction

Keterangan :

ALO dengan sudut a 300

ALO dengan sudut a 450

ALO dengan sudut a 600

  1. Jarak Antar Bangunan

Perhitungan jarak antar bangunan dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan sesuai dengan rumus sebagai berikut:

 

  1. Sempadan Bangunan

 

Keterangan :

Da          :   Jarak mengerem secara aman kendaraan A terhadap kendaraan B

Db          :   Jarak mengerem secara aman kendaraan B terhadap kendaraan A

Va           :  Kecepatan kendaraan A

Vb          :   Kecepatan Kendaraan B

t              :  Waktu reaksi untuk mengerem kendaraan

a              :   Jarak kendaraan terhadap pagar

b             :   Jarak pagar ke bangunan

Tabel II.2

Kecepatan dan Waktu yang Dibutuhkan untuk Mengerem

V (mil/jam) 0 10 20 30 40 50 60
t (detik) 0.76 0.80 0.90 1.00 1.22 1.55 2.00

Sumber : The Urban Design Process, 1985

2.6.2       Kriteria Tak Terukur

Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur dengan angka. Kriteria tak terukur meliputi access, compatibility, view, identity, sense, dan livability.

 

 

  1. Access

Tingkat pencapaian (aksesibilitas) merupakan kriteria tak teukur yang memperjelas tingkat ketercapaian orang terhadap lokasi yang lain seperti jasa, barang maupun manusia.  Access terhadap pengembangan suatu site memiliki arti positif jika secara langsung mampu mendukung keaktivan di suatu lokasi.  Namun demikian access juga memiliki arti yang negatif, yaitu jika akses yang ada tidak sesuai bahkan mengganggu aktivitas yang ada.  Dengan atau lain, access merupakan unsur pendukung hidup dan berkembangnya aktivitas di suatu kawasan.  Sehingga dalam perencanaan kawasan, unsur access perlu diperhatikan secara cermat agar dapat menghasilkan tingkat manfaat yang tinggi.

  1. Compability

Kriteria ini merupakan kriteria yang tak terlupakan dalam perancangan kota.  Dalam kriteria ini aspek kecocokan antara bangunan baru dengan bangunan lama perlu diperhatiakan.  Compability yang yang menurut pendekatan lain dapat dikatakan feet wide setting, menurut Kelvin Lynch adalah warna bangunan, tekstur, skala, proporsi material dan vasade bangunan.  Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka perlu dipetimbangkan :

Keserasian dengan lingkungan binaan lain.

Penggunaan unsur-unsur etnis atau sejarah yang terkombinasi secara serasi dan selaras dengan struktur modern.  Hal ini dimaksud untuk menimbulkan daya tarik tersendiri.

Mempertimbangkan unsur-unsur alam dalam perancangan arsitekturalnya.

Memperhitungkan fungsi bangunan secara tegas.

  1. View

Kriteria ini merupakan kriteria yang berhubungan dengan aspek kejelasan untuk orientasi manusia terhadap masa bangunan. View dapat merupakan sebuah landmark tetapi tidak selalu landmark tersebut adalah view. View ini dapat terlihat secara visual, untuk memperoleh nilai visual tersebut adalah dengan melihat skala dan pola bangunan, penggunaan warna, tekstur, tinggi, besaran dan bentuk dari objek akan sangat mempengaruhi nilai visual yang dihasilkan.

  1. Identity

Merupakan kriteria tak terukur yang memberikan ciri tersendiri bagi suatu kawasan dan harus mempunyai suatu hal yang jelas (mudah dikenal), mudah diiingat, menarik perhatian).  Identity ini dapat dikaitkan dengan nilai sejarah kawasan tersebut.  Tujuan lain dari identity adalah menciptakan suatu kawasan agar mudah dikenal ciri sejarah dari waktu kewaktu.

  1. Sense

Sense merupakan kriteria tak terukur yang memiliki arti suatu tempat tidak hanya harus cocok dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan manusia.  Sense didasari atas pola budaya dan pengetahuan dari manusia terhadap hubungan dan lingkungan sekitarnya.  Berdasarkan hal tersebut, maka dalam perancangan kawasan antara lain :

Bangunan yang akan dilaksanakan harus mampu mengakomodasikan atau mencirikan pola kawasan yang ada sekarang maupun yang akan direncanakan serta nilai historis yang berkaitan dengan pola kawasan pada masa lalu.

Pola lingkungan binaan harus sesuai dengan pola pandangan masyarakat sekitar.

  1. Livability

Kriteria ini terkait erat dengan aspek kenyamanan dari tempat atau bangunan yang direncanakan, kaitannya dengan pola skala.  Kriteria ini menyangut kenyamanan penglihatan, hubungan dengan lingkungan hidup dan hal-hal lain untuk mendukung kenyamanan dari lingkungan binaan yang direncanakan.  Contoh komponen-komponen yang mungkin perlu diperhatiakan dalam kriteria ini adalah jalan yang cukup lebarnya, drainase yang baik, penghijauan yang dalam hal ini adalah pertimbangan antara hijau dan non hijau. Semua contoh-contoh komponen tersebut sangat mendukung dalam menciptakan keamanan dan kedinamisan lingkungan binaan yang direncanakan.

 2.6.3     Elemen Perancangan Kota

Shirvani (1985) dalam bukunya yang berjudul The Urban Design Process mengemukakan elemen perancangan kota yang terdiri dari :

  1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) merupakan cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas dalam sebuah kawasan. Setiap kawasan memiliki karakteristik penggunaan lahan yang berbeda, sesuai dengan daya tampungnya, kemudahan pencapaian, parkir, sistem transportasi dan kebutuhan penggunaan lahan individual. Perencanaan guna lahan selalu mengacu kepada kebijaksanaan pemerintah dan menjadi pedoman dalam pengembangan fungsi kawasan tertentu.

  1. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

Bentuk dan massa bangunan menunjukkan ciri kawasan yang mencakup ketinggian, rasio luas lantai (FAR), coverage, street-line setback, skala, bahan, tekstur, warna yang kesemuanya harus memperhatikan kesesuaian dengan lingkungan sekitar.

  1. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking)

Sirkulasi dan parkir merupakan sistem pergerakan dan elemen utama yang  memberi bentuk lingkungan kota. Karena sistem pergerakan ini dapat membentuk arah dan mengendalikan pola aktivitas kota melalui sistem jaringan jalan, jalur pejalan kaki dan sistem perhentian/transit yang menghubungkan dan memusatkan pergerakan.

  1. Ruang Terbuka (Open Space)

Perencanaan ruang terbuka merupakan elemen penting yang harus dilakukan secara integral dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang. Open space ini dapat berupa taman dan lapangan, jalur hijau kota dan semua elemen penyusunnya.

  1. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota.

  1. Aktivitas Penunjang (Activity Support)

Penunjang kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan ruang publik. Penunjang kegiatan tidak hanya berupa jalur pedestrian atau plaza tetapi fungsi-fungsi yang dapat menumbuhkan aktivitas lain, sehingga kawasan tersebut hidup setiap waktu dan menunjang terciptanya interaksi pengguna kawasan.

  1. Tanda-tanda (Signase)

Penandaan berguna untuk menunjukkan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu. Penandaan tidak hanya dilakukan melalui pemberian papan nama dan arah panah, tetapi juga dapat dilakukan melalui pembedaan bentuk atau ciri visual lain.

  1. Konservasi (Preservation)

Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga dilakukan terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek sejarah kawasan selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai.

  1. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota.

2.6.4       Elemen Citra Kota

Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan dan keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai pengamatan yang dilakukan secara langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-lain.

Lynch dalam bukunya yang berjudul Perancangan Kota Secara Terpadu mengemukakan lima elemen pokok yang dapat menentukan image suatu kota yaitu:

  1. Path

Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, salutan, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik apabila terdapat penampakan yang kuat, tujuan rute-rute sirkulasi yang jelas/belokan yang jelas.

 

 

 

 

Sumber : Zahnd, 1999

Gambar 2.2

Path

  1. Edge

Elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edge berada pada batas  antar dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api, topografi, dsb. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang terdapat tempat untuk masuk. Edge merupakan pengakhiran dari sebuah district/batasan sebuah district dengan yang lainnya. Identitasnya akan terlihat lebih baik jika kontinuitasnya tampak jelas, demikian pula kejelasan fungsi batasnya untuk membagi/menyatukan.

Sumber : Zahnd, 1999

Gambar 2.3

Edge

 

  1. District

District merupakan kawasan-kawasan kota dalam dua dimensi. Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujud) dan batas yang khas pula, dimana orang merasa harus mengakhiri/memulainya. Identitasnya akan terlihat lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen serta funsi dan posisinya jelas.

Sumber : Zahnd, 1999

Gambar 2.4

District

  1. Node

Node merupakan simpul/lingkaran daerah pertemuan arah/aktivitas yang dapat diubah ke arah/aktivitas yang lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dsb. Tidak semua persimpangan jalan merupakan suatu node, namun yang menetukan adalan citra place terhadapnya. Node merupakan suatu tempat dimana orang memiliki perasaan ’masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama. Node akan mempunayi identitas yang loebih baik jika tempatnay memilki bentuk yang jelas, mudah diingat serta memiliki tampilan visual yang berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk).

 

Sumber : Zahnd, 1999

Gambar 2.5

Node

  1. Landmark

Landmark  adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Landmark dapat membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, terdapat sekuens dan perbedaan skala dari beberapa landmark sehingga tercipta rasa nyaman dalam orientasi.

 

Sumber : Zahnd, 1999

Gambar 2.6

Landmark

 

2.6.5       Elemen Estetika

Elemen estetika meupakan elemen yang ditimbulkan dari adanya konfigurasi massa bangunan dengn maksud dan tujuan tertentu. Elemen ini digunakan sebagai pertimbangan dalam perancangankawasan. Adapun elemen-elemen estetika tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Sumbu

Elemen ini merupakan garis maya yang seakan-akan menghubungkan antara satu titik dengan titik yang lain dalam satu konfigurasi masa bangunan.

  1. Simetri

Merupakan distribusi bentuk-bentuk ruang-ruang yang sama dan seimbang terhadap suatu garis bersama (sumbu)/ titik (pusat). Simetri adalah suatu media atau objek dengan bentuk dan ukuran di kedua sisinya (kanan dan kiri) sama.

Macam-macam simetri:

1)     Simetri Bilateral

Merupakan susunan yang seimbang dari unsur-unsur atau bidang atau massa bangunan yang sama terhadap sumbu yang sama.

2)     Simetri Radial

Merupakan susunan yang terdiri dari unsur-unsur yang sama dan seimbang terhadap dua sumbu atau lebih

  1. Hierarki

Hirarki adalah penonjolan salah satu objek yang memiliki hirarki lebih tinggi dibandingkan objek lain menurut besarnya, potongan / penempatannya secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari suatu organisasi. Hirarki menunjukkan derajat kepentingan dari bentuk dan ruang serta peran-peran fungsional, formal dan simbolis.

Hirarki dicapai dengan:

  • Ukuran luar biasa
  • Tampak dengan ukuran yang menyimpang dari unsur-unsur lain
  • Wujud yang unik
  • Dengan membedakan bentuk wujud secara jelas dari unsur-unsur lai
  • Lokasi atau penempatan strategis
  • Bentuk dan ruang dapat ditempatkan secara strategis agar perhatian tertuju pada unsur tersebut.
  1. Balance

Balance yaitu rasa yang menyatakan bahwa ada keseimbangan dalam suatu kawasan. Perancangan yang proporsional dapat menciptakan kesan ini misalnya dengan persebaran bangunan atau aktivitas yang merata atau pengaturan penempatan antara bentuk-bentuk / ruang-ruang yang serupa maupun tidak serupa sehingga dapat menimbulkan keseimbangan.

  1. Irama

Irama merupakan suatu bentuk konfigurasi massa banguanan yang menimbulkan perasaan keteraturan bagi pengamat. Elemem ini dapat ditunjukkan dengan adanya suatu bentuk yang diulang baik ukuran atau warna atau bentuk.

  1. Skala

Skala adalah proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan pengukuran dan dimensi-dimensi. Skala memandang besarnya unsure bangunan atau ruang terhadap bentuk-bentuk lain. Skala terdiri dari:

  • Skala umum

Merupakan unsur-unsur bangunan terhadap bentuk lain di dalam lingkupnya.

  • Skala Manusia

Merupakan skala yang dipergunakan sebagai acuan / pedoman dalam menyeimbangkan kawasan perancangan adalah skala manusia.

  1. Proporsi

Proporsi merupakan konfigurasi massa bangunan yang ditujukan untuk menimbulkan perasaan tertentu bagi pengamat yang berhubungan dengan detail dalm konfigurasi itu sendiri.

  1. Konteks dan Kontras

Kontekstual merupakan suatu konfigurasi massa bangunan yang menimbulkan perasaan unity meskipun terdiri dari satuan massa bangunan yang berbeda.

Kontras merupakan suatu konfigurasi yang menimbulakn adanya perasaan adanya perbedaan dalam konfigurasi tersebut.

  1. Organisasi ruang adalah susunan ruang-ruang yang berkaitan menurut fungsi, kedekatan, atau alur sirkulasi sehingga menjadi pola-pola bentuk dan ruang yang saling berhubungan. Macam-macam organisasi ruang :
  • Terpusat

Merupakan komposisi terpusat yang terdiri dari ruang yang dikelompokan mengelilingi suatu ruang pusat yang besar dan dominan.

  • Linier

Merupakan komposisi bangunan yang dibatasi oleh satu sumbu.

  • Radial

Merupakan komposisi bangunan seperti organisasi ruang terpusat. Hanya saja pada radial ruang yang dikelompokkan tersusun lebih sempurna.

  • Grid/papan catur

Merupakan komposisi yang tertata rapi, sehingga menimbulkan kesan keteraturan karena organisasi penyusunannya berupa suatu blok-blok.

  • Cluster

Merupakan komposisi gabungan antara organisasi ruang yang satu dengan lainnya.

Leave a comment